Kadangkala kita merasa sangat baik-baik saja dengan kepercayaan yang penuh untuk melakukan banyak kebermanfaatan. Sayangnya, hal itu ga akan awet seawet pengawet makanan. Kita bisa aja tiba-tiba berada di kondisi yang paling parah banget dengan kehilangan kepercayaan karena hal-hal sepele sekali. Tentang dinamika itu, agaknya harus dinikmati namun juga penuh antisipasi.
Hidup itu lucu banget ya. Penuh kejutan! Secara ga sengaja, tibalah masa dimana Allah kumpulkan kita dengan orang-orang penuh semangat yang saling sending energi positif. Serasa kita hidup kembali! Menjadi manusia yang penuh manfaat! Menebarkan kebahagiaan ke siapa saja yang kita temui. Melakukan banyak hal yang kita cintai. Sampai-sampai, letih pun takkan terasa sama sekali di tubuh ini. Yang terasa hanya bahagia dan rasa syukur berlimpah ruah pada Sang Pemilik Hati.
Lalu, tiba-tiba saja, dalam sejekap, datanglah masa yang mengguncang jiwa. Hadirlah orang-orang dengan air wajah tanpa dosa merusak energi-energi positif dengan segala laku yang kadang sulit diterima logika. Kadang kita bisa ngdefense dengan energi positif yang tersisa, tapi kadang kita juga terhanyut dan terkonversi menjadi muatan negatif seketika.
Pada titik terendah ini, entah kenapa rasanya sangat gelap. Seakan usaha baik yang sudah diikhtiarkan hanya sia-sia saja atas balasan orang-orang yang suka tak bertanggung jawab. Padahal dalam kondisi baik-baik saja, diri akan insyaf akan rasa kecewa apabila jangankan berlebihan berharap pada manusia, sedikit saja berharap, maka menderitalah kita oleh kecewa yang luar biasa menyergap~
Yang perlu ditanam pada diri. Adalah hikmah dari segala hal yang terjadi. Bisa jadi Allah kirimkan orang-orang tadi pun keadaan-keadaan terburuk tak terdefinisi, sebagai ujian agar kita bisa melejit lebih tinggi. Menghadapi hidup dengan lebih kuat lagi. Menyebarluaskan kebaikan lebih banyak lagi dengan berkaca pada pengalaman pribadi yang mungkin saja terjadi pada orang lain yang qadarullah kita temui.
Sampai sini, aku jadi paham ternyata sabar adalah amunisi tak berbatas. Yang keberadaannya perlu dirawat dan dibilas. Karena bisa saja dia terkena percikan amarah kita yang kerap kali tidak tuntas.
Maasyaa Allah ya. Indahnya menjadi muslim/ah yang apapun keadaannya, hanya akan ada energi positif untuk menghadapinya. Kalo ga bersyukur ya bersabar saja. Hal baik datang maka bersyukur yang paling utama. Sebaliknya, jika hal buruk yang mampir maka bersabar adalah lawannya.
Fiuh. Rasanya lega. Alhamdulillah ala kulli hal.
Pada titik terendah ini, entah kenapa rasanya sangat gelap. Seakan usaha baik yang sudah diikhtiarkan hanya sia-sia saja atas balasan orang-orang yang suka tak bertanggung jawab. Padahal dalam kondisi baik-baik saja, diri akan insyaf akan rasa kecewa apabila jangankan berlebihan berharap pada manusia, sedikit saja berharap, maka menderitalah kita oleh kecewa yang luar biasa menyergap~
Yang perlu ditanam pada diri. Adalah hikmah dari segala hal yang terjadi. Bisa jadi Allah kirimkan orang-orang tadi pun keadaan-keadaan terburuk tak terdefinisi, sebagai ujian agar kita bisa melejit lebih tinggi. Menghadapi hidup dengan lebih kuat lagi. Menyebarluaskan kebaikan lebih banyak lagi dengan berkaca pada pengalaman pribadi yang mungkin saja terjadi pada orang lain yang qadarullah kita temui.
Sampai sini, aku jadi paham ternyata sabar adalah amunisi tak berbatas. Yang keberadaannya perlu dirawat dan dibilas. Karena bisa saja dia terkena percikan amarah kita yang kerap kali tidak tuntas.
Maasyaa Allah ya. Indahnya menjadi muslim/ah yang apapun keadaannya, hanya akan ada energi positif untuk menghadapinya. Kalo ga bersyukur ya bersabar saja. Hal baik datang maka bersyukur yang paling utama. Sebaliknya, jika hal buruk yang mampir maka bersabar adalah lawannya.
Fiuh. Rasanya lega. Alhamdulillah ala kulli hal.
dari aku, yang sudah baik-baik saja. Insyaa Allah