Kamis, 20 Juni 2013

Untuk Pendidikan Indonesiaku

Jika berbicara tentang pendidikan Indonesia, hal yang sangat cepat terbayang mungkin adalah Sekolah. Banyak orang tua dan anaknya berlomba-lomba untuk mendapatkan sekolah dengan pendidikan yang baik. Meskipun mereka harus membayar dengan biaya yang lebih, mereka bersedia.
Sekolah memang bukan sekedar sekolah. Proses bersekolahlah yang menuntun banyak generasi muda Indonesia menuju Masa Depan yang Indah. Sekolah pun juga harus bisa menjamin produktivitas generasi yang bermutu dengan segala hal yang berkaitan dengan itu tercukupi dengan baik. Lalu, bagaimana dengan Sekolah yang baik menurut versi ku? Inilah sekolah dambaanku yang ku tulis menjadi beberapa aspek.

a. Guru
Aku ingin sekolahku memiliki guru-guru yang kreatif, bukan hanya cerdas. Karena kecerdasan ‘saja’ tidak dapat menjadi tolak ukur guru tersebut berhasil atau tidak dalam menyampaikan pelajaran. Guru Kreatif yang dimaksud di sini adalah guru yang mampu memberikan inovasi dalam pembelajaran. Sehingga siswa tidak merasa jenuh dengan metode yang melulu diterapkan seperti CBSH (Catat Buku Sampai Habis) ataupun Guru yang terus berbicara menyampaikan materi, sedang siswa menjadi pasif karena hanya mendengarkan saja. Itu tidak efektif pada hematku. Solusinya, beberapa metode yang dapat diterapkan guru kreatif dalam belajar yaitu metode diskusi, Praktek langsung, mengemas materi menggunakan teknologi atau bernyanyi. Jadi, siswa tidak hanya dijejeli dengan materi, namun juga belajar bekerja sama dan pentingnya saling menghargai sesama teman, dengan kata lain, suasana kelas menjadi hidup karena keaktifan siswa dan gurunya. Pasti menjadi menyenangkan.
Guru kreatif saja tentu tidak cukup. Kemampuan berinteraksi guru pun juga mesti diperhitungkan. Bagaimana guru kreatif dapat menerapkan metode belajarnya jikalau ia tidak mampu berinteraksi dengan baik pada siswanya. Sama saja dengan nol. Interaksi dalam hal komunikasi tidak hanya mampu membuat pelajaran tersampaikan dengan baik, namun juga merupakan terobosan untuk mendekatkan guru dan siswa agar lebih terbuka dan santai dalam proses pembelajaran. Jadi, tidak akan lagi muncul kata-kata ‘aku mau nanya, tapi takut’, ataupun ‘yah ibu/bapak ini juga, main ajalah, aku malas belajar’ yang acap kali dilontarkan beberapa siswa.
Guru kreatif yang pandai berinteraksi dengan siswanya mengingatkanku pada salah satu sekolah di Amerika, ‘Charter School’. Dimana sekolah terasa menjadi menyenangkan karena desain letak meja dan kursi, dan program-program yang diterapkan oleh gurunya di kelas tidaklah monoton. Alhasil, Charter School ini berhasil memroduksi generasi yang berkualitas. Jika Amerika yang juga memiliki sistem pendidikan yang kurang lebih sama dengan Indonesia dapat mendirikan Charter School, kenapa Indonesia tidak?

b. Hubungan Guru dan Orang Tua
Masih dalam aspek guru, namun berhubungan juga dengan orang tua. Hubungan yang baik antara keduanya adalah ‘keep in touch’, tetap berkomunikasi/berhubungan. Seperti yang kita ketahui, komunikasi itu adalah segalanya dan merupakan salah satu syarat terjadinya interaksi sosial. Komunikasi antara guru dan orang tua sangatlah penting dalam hal mengomunikasikan perkembangan siswa. Jadi, tidak ada lagi keputusan sepihak ataupun kesalahpahaman antara keduanya yang mungkin saja berakibat ke si siswa. Menemukan bersama jalan keluar dari masalah yang dialami siswa tentu menjadi lebih mudah. Karena banyak kepala menjadi lebih baik dari pada satu kepala saja dalam pemecahan persoalan apapun.

c. Fasilitas dan Lingkungan Sekolah
Sekolah dambaanku tidak perlu muluk-muluk. Aku tidak perlu Air Conditioner untuk menyejukkan ruang Kelas. Di samping berefek tidak hemat energi, juga aku yang selalu dehidrasi jika berlama-lama di ruangan ber-AC, jadinya tidak nyaman.
Fasilitas yang mutlak perlu adanya adalah Perpustakan yang layak, halaman ataupun taman hijau, tempat sampah, pendopo-pendopo, kantin yang bersih, dan satu lagi, kamar kecil yang layak.
Aku mulai dari perpustakaan yang layak, kenapa harus kata layak? Karena aku ingin perpustakaan itu benar-benar menjadi tempat mengadu bagi siswa-siswa yang haus ilmu pengetahuan. Cahaya penerangannya pas, tidak terlalu terang ataupun gelap. Sehingga siswa menjadi nyaman untuk membaca buku disana. Lalu tata letak rak dan buku. Disusun sedemikian menarik untuk menghindari keadaan yang monoton dan membosankan. Tempat membaca juga harus memadai, buku-bukunya lengkap dan up-to-date. Jika masuk buku baru, buku lama jangan dibawa ke gudang. Dibuat lagi rak baru dan buku-bukunya juga dipisahkan, sehingga mempermudah siswa untuk menemukan buku-buku yang mereka cari. Satu hal lagi yang penting adanya, ketertiban ruang perpusatakaan. Sehingga tidak ada seorang siswa pun merasa terganggu dengan aktivitas siswa lainnya.
Taman hijau, fungsinya agar siswa mengenal dan belajar menjaga serta melestarikan tanaman. Mulai pada lingkup yang kecil saja dulu, sekolah. Hal ini dapat menularkan semangat berkebun di rumah. Jadi pada akhirnya bukan sekolah saja yang indah, namun rumah siswa pun juga ikut lebih indah.
Tempat sampah di setiap sudut dan lekak-lekuk sekolah. Sehingga tidak ada lagi alasan yang bisa membuat siswa selamat dari pelanggaran membuang sampah sembarangan. Tentu dibarengi dengan sangsi yang tegas dan mengikat. Jadilah sekolah indah, bersih dan nyaman.
Pendopo-pendopo. Ini bisa dimanfaatkan guru dan siswa sebagai prasarana pembelajaran. Proses Belajar dan Mengajar tidak melulu di kelas, guru dan siswa juga dapat memutuskan untuk belajar di alam terbuka dan menikmati taman hijau sekolahnya.
Kantin yang bersih. Namanya juga kantin, tempat makannya guru dan siswa. Tempat makan tentulah harus bersih dan juga layak. Keluarga kantin harus bertanggung jawab atas sampah-sampah yang mungkin berceceran. Sehingga kebersihan dan kenyamanannya juga tetap terjaga. Dan tidak ada lagi kata ‘hilang selera makan gara-gara liat kantin’.
Terakhir, kamar kecil yang layak. Wah, sepertinya ini masalah yang cukup pelik. Karena kamar kecil itu sangat penting bagi siapapun. Menurut peraturan dari advokasi masalah remaja, ternyata ada peraturan pembuatan jumlah kamar kecil untuk siswa dan siswi. Untuk setiap 40 siswa dibuat 1 kamar kecil, sedangkan untuk setiap 25 siswi dibuat 1 buah kamar kecil. Kuota 1 kamar kecil untuk siswi lebih kecil dikarenakan biasanya perempuan banyak sekali yang harus diurus di kamar kecil. Lalu, dari segi kelayakan. Kamar kecil yang benar-benar layak tidaklah lumutan dan bau, untuk itu sekolah perlu menyediakan petugas untuk membersihkan kamar kecil dan juga peraturan yang ketat untuk siswa dan siswi yang buang air di sana.
Kalau soal lingkungan sekolah, tentulah aku inginnya bersih, nyaman, indah, aman, tentram dan damai. Semuanya selaras, seimbang dan sejalan dengan tujuan sekolah itu sendiri.

d. Tugas dan Pekerjaan Rumah
Nah, topik satu ini yang setiap hari jadi perbincangan siswa dan siswi. Hampir setiap guru memberikan tugas dan pekerjaan rumah yang tak henti-hentinya. Keluhan yang sering aku dengar itu seperti ini ‘kapan lagi waktu istirahat dan main? Pulang udah sore, trus ngerjain tugas sampe malam, udah tengah malam baru tidur, besoknya harus bangun pagi-pagi lagi buat sekolah, haduh!’ seakan-akan itu semua membebani.
Jujur, aku memang tidak terlalu suka dengan tumpukan tugas yang sering kali diberikan kepada kami (siswa/siswi). Memang benar keluhan tadi, namun ku rasa ada jalan keluar yang baik. Jika tugas ataupun pekerjaan rumah yang diberikan guru terlihat mengasyikkan tentu tidak akan terucap keluhan tadi. Pelajaran di sekolah kan pasti ada aplikasinya di dunia nyata, jadi tugas-tugasnya juga dalam bentuk praktek langsung mengaplikasikan teori yang diajarkan di sekolah. Sehingga siswa menjadi tidak merasa dihantui oleh waktu yang sangat sempit untuk beristirahat. Jika ini diterapkan, aku yakin, siswa juga akan lebih muda memahami maksud pembelajaran. Bukan terus menghayal memikirkan apa fungsinya sekolah jika tidak ada aplikasi nyata dalam kehidupan.

e. Harapan untuk pendidikan Indonesia ke depan
Indonesia. Negaraku tercinta. Segala yang terbaik yang kuharapkan untuk Indonesia, khususnya Pendidikannya. Aku ingin pendidikan indonesia seperti piramida terbalik. Bukan piramida biasa yang dari awal si siswa telah dibebani banyak mata pelajaran dan berakhir pada dilema untuk memutuskan ingin kemana, selalu begitu.
Namun, jika pendidikan kita memakai prinsip piramida terbalik, dimana dari lingkup kecil atau satu bidang, dapat dikembangkan dan diluaskan. Sehingga kita hanya fokus pada apa yang telah kita tentukan dari awal, bakat dan minat kita yang sudah kita pilih dari awal. Tinggal menjalankan proses dan menjadi sukses. Itu lebih baik daripada harus bertemu pada kegalauan karena kita telah menggeluti banyak bidang duluan. Coba bayangkan jika kita mendalami segala bidang dan kita mampu berkembang disemuanya, apa jurusan yang akan kita pilih untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Pasti penuh pertimbangan yang berat. Belum lagi tuntutan dari orang-orang terdekat yang tambah membebani pilihan kita.


Aku berharap, sangat berharap, Pendidikan Indonesia menjadi lebih baik lagi dalam segala aspek dan sistemnya, sehingga terlahir generasi baru yang cakap dan berkualitas. Semoga saja, aamiin.

youth-esn.16mb.com

 

NAI'S Template by Ipietoon Cute Blog Design and Waterpark Gambang, Edited by suciwdd