Kamis, 06 Desember 2012

Menjejak di Ibukota

http://www.seputar-indonesia.com/news/hujan-deras-jakarta-macet-total

Hari sibuk semakin dekat, lebih dekat, hingga kekhawatiran mulai mengambang. Padahal hanya menerima telepon dari SIKOK, aku langsung panik tak karuan. -.- Bukan hal yang buruk rupanya, melainkan suatu kesempatan emas. Ya kesempatan emas, aku memenangkannya. Mungkin lebih tepatnya, aku berkesempatan memenangkannya.  Awal yang tak pernah terlintas dalam benakku. Oh inikah hasil? Mungkin saja. Allah Maha Adil. Walaupun hanya dalam jangka waktu yang sangat terbatas. Aku siap menerima kesempatan itu.
Semakin dekat dengan hari “H”. ternyata aku terlalu malas untuk mengemas pakaian yang hendak kubawa. Dan akhirnya jadi kebut-kebutan pada hari H nya. 7 jam sebelum keberangkatan, aku baru pontang-panting mengemas semuanya. Alhasil, tentu saja ada yang ketinggalan! PASTA GIGI!!!!!! -.- ini menyebalkan sodara-sodara.
Kecemasanku terus memuncak, entah dari mana asal usulnya. Yang kusadari, aku terpengaruh oleh kata-kata teman-teman yang sungguuuuh, mengerikan. “kalo pesawat jatuh trus kau ilang kek mano ci?”. Astaghfirullah. Itu memberatkan kepala. Belum siap menghadap-Nya, amal belum cukup, masih pengen buat orang tua dan semua orang yang menyayangiku bangga pada prestasi dan jerih payahku. Ya Allah.
Saat itu tiba, 1 jam sebelum jadwal lepas landas aku bergegas pergi ke badar udara bersama sepupu. Tak kala tasbih yang baru saja diberikan seseorang malam tadi selalu tergenggam erat pada telapak tanganku. Itu lebih baik. Tiket pun diambil. Rasa takut makin memuncak. Tapi apa daya? Semuanya milik Allah, aku tak mampu melakukan apapun, kecuali berdoa. “Berdoa ya, ***** berdoa dari sini”.  Huh. Sedikit menghempaskan nafas pun tak sanggup rasanya. Aku sangat takut.
Check in. Hanya tinggal beberapa menit lagi. Bismillah, Ya Allah. Berdoa itu hal yang wajib. Karena itulah tanda kita benar-benar membutuhkan perlindungan Allah. Waktunya tiba, pesawat akan lepas landas. Aku meraung dalam hati, menjeritkan nama-nama orang yang aku sayangi. Aku masih saja takut tak dapat bertemu mereka lagi. Perlahan, pesawat bergerak. Aku hanya bisa berzikir. Aku sempat parno, ketika pesawat akan naik dan turun, aku teringat film final destination. Itu mengerikan sekali. -.-
Aneh, aku pun tak mengerti. Entah kenapa air mata bergulir lembut dari 2 bola mataku sejak pesawat tadi mulai bergerak dari posisi awal. Hati ini tak berhenti mengucap namaNya. Tasbih itu tak lepas dari genggaman tanganku. Aku hanya ingin selamat. Kata temen-temen, “selagi niatnya baik, insya Allah dak kenapa-kenapa” aamiin Ya Allah :”|
Semuanya berlalu, Alhamdulillah, mendarat di Bandar udara soekarno-hatta dengan baik. Tanah disana basah. Mungkin habis hujan. Ternyata aku terlambat datang. Padahal aku menunggu-nunggu hujan. Terpampang wajah bimbang, kepolosan tentang Bandar udara internasional tak dapat aku tutup-tutupi. Semuanya terbaca jelas pada raut yang mulai kusut. Ini belum berakhir.
Ya, ini belum berakhir. Aku dan temanku itu harus menyusuri malam di kota Jakarta hingga sampai di penginapan. 3 jam perjalanan dari Bandar udara. Bukannya sebentar, aku sempat bersajak pada pikiranku sendiri tentang tanah Jakarta yang basah, bahkan tertidur di mobil damri yang menghantarkan kami sampai di Jakarta Timur. Belum selesai! Kami harus menyewa jasa bajaj dulu untuk sampai tepat di depan penginapan. Melelahkan. Tapi itulah pengorbanan. Akhirnya tepat pukul 23.30, kami sampai di penginapan. Aku bergegas menjama’kan sholat yang tak sempat tekerjakan tadi. Karena jadwal penerbangan pesawat yang kami tumpangi, tepat pada waktu magrib.
Ada beberapa hal yang kami lakukan hingga akhirnya kami tertidur pada pukul 01.00. ini memang tidak baik. Ditambah lagi besok harus bangun tepat pukul 04.00. Menakjubkan, aku bisa melewati hari itu dengan luar biasa. Celebration World Aids day di Gelanggang Remaja Jakarta Timur memang benar-benar mengagumkan. Lalu, bertemu dengan teman-teman baru dari Jogja, Lampung dan Jakarta. Canggung itu tak dapat dihilangkan. Entah kenapa aku yang secerewet ini bisa menjadi pendiam disana. Tak banyak bicara. Hanya karena bingung mau mengatakan apa. Karena mereka terlihat telah begitu akrab. Andaikan aku tak setakut dan secanggung waktu itu! Ah! Terlambat menyesal! Setidaknya aku sudah mengenal situasi disana bagaimana. Ini untuk yang pertama kalinya aku dilepas pergi jauh oleh mama dan papa. Huh!
Sepulangnya, sepupuku telah menjemputku. Ya Aku tidur dirumah sepupuku di malam keduaku di Jakarta. Rumahnya bukan di Jakarta! Tapi di Tangerang. Masya Allah, jauh sekali, 3 jam berkendaraan motor itu melelahkan. Aku sempat tak sanggup. Ditambah lagi hiasan kendaraan yang memenuhi jalanan tak pernah henti-hentinya. Dan matahari terik yang menyengat kulit. Punggung tanganku pedih merasakan panasnya. Ya Allah, kuatkan aku.
Dengan keadaan yagn sangat kelelahan, akhirnya tiba di tempat tinggal sepupuku. Alhamdulillah, akhirnya aku bisa beristirahat. Ini kesempatan emas -.- Malam itu, aku tidur sangat-sangat awal. Sekitar pukul 20.30 ba’da isya’, aku bergegas mengejar mimpi dalam tidurku. Ternyata aku tak bermimpi, atau aku lupa aku bermimpi apa? Ah sudahlah.
Esoknya, inilah hari yang kutunggu-tunggu! AKU AKAN PULANG HARI INI!!!! Ya Allah. Namun tak semudah itu, aku dan keluarga sepupuku terlebih dahulu menghadiri acara pernikahan anak Mak Mus, perjalanan yang panjang. Kami harus menjajahi 3 angkot secara bergiliran. Ditambah teriknya tangerang yang tak putus-putus. Sempat hujan ketika kami tiba ditempat tujuan. Alhamdulillah J hujan itu, menakjubkan. Disana aku bertemu banyak keluarga-keluarga dari pihak mama. Mereka berkumpul disana. Sungguh indah, tapi tetap saja aku merasa bosan dengan keadaaan yang monoton. Sempat nyaris nangis ketika hampir tak bisa sholat dzuhur disana. Ya Allah, ternyata Allah punya jalan. Aku beremu dengan salah satu keluarga yang lumayan dekat dengan ku. Akhirnya aku bisa sholat! Alhamdulillah, sekalian jama’i shalat asharnya. Ya aku harus pandai mengira-ngira waktu. Karna aku aberada di pulau Jawa. Macet bukanlah hal tabu lagi, tapi sudah makanan sehari-hari.
Alhamdulillah, ke Bandar udaranya bukan naik angkot, tapi dianter sepupuku yang lainnya. Mereka bawa mobil, jadi mereka yang mengatarku ke Bandar udara bersama keluarga sepupuku tadi. Perjalanan yang cukup panjang. Aku juga sempat bersajal-sajak di mobil itu. Menatap terang sudut-sudut kota yang aku lewati. Inilah Kota besar.
Setibanya di Bandar udara, aku mulai canggung. Aduh, apa aku bisa dilepaskan begitu saja. Ya harus bisa, karena aku bersama temanku. Bismillah, semuanya dijalani dengan perlahan. Akhirnya kami sampai di ruang tunggu. Sebelum masuk ke pesawat, kami harus menaiki bus dulu untuk sampai di depan pintu pesawat. Mengerikan, hampir saja terjatuh, karena aku tak dapat tempat duduk dan diharuskan berdiri dengan pegangan yang jauh dari tanganku. Betapa tidak aku bisa terjatuh terjungkang? Hampir saja. Uh!
Naik ke peswat lagi. Bedanya, aku sudah merasa lebih tenang sekarang. Aku mencoba mulai menikmati suasana, walaupun pikiranku masih saja ternging film final destination. Mungkin lelah, aku sempat tertidur di bangku ku. Lalu terbangun ketika pesawat tepat akan mendarat.
Alhamdulillah. Kami sampai di JAMBI !!! Ya Allah, betapa senangnya tiba di rumahku sendiri. Walaupun hanya sebentar saja di kota orang, tapi itu benar-benar mebutaku merindukan Jambi. Merindukan semuanya. Akhirnya. Alhamdulillah.

 

NAI'S Template by Ipietoon Cute Blog Design and Waterpark Gambang, Edited by suciwdd